Hai Pembaca, aku membuka kembali draft–draft yang kusimpan di blog ini. Aku menemukan sebuah tulisan, dan sepertinya aku ingin melanjutkannya.
Waktu itu, setelah melihat sebuah buku di toko buku, tiba-tiba timbul pertanyaan apa perbedaan cinta dan sayang. Jalan-jalan di google, ketemu. Tapi ada artikel lain yang menarik perhatian. Pada artikel tersebut, dituliskan beberapa hal yang membuat wanita tertarik pada pria, salah satunya misterius. Mengingat kata-kata tersebut, membuatku jadi tersenyum sendiri. Teringat akan seseorang yang pernah berkata aku orang yang misterius. Benarkah?
Jika dipikir-pikir, ada benarnya. Aku orang yang bisa dibilang pendiam. Hanya beberapa yang berinteraksi denganku dan melihat diriku yang sebenarnya. Mungkin ini ada hubungannya dengan kejadian-kejadian yang sering ku alami. Aku sering didiamkan oleh orang lain. Tak jarang perkataanku diabaikan begitu saja. Dan cukup sering aku menyingung orang lain dengan kata-kataku. Hal ini berulang kali terjadi, sampai akhirnya aku lebih memilih untuk diam. Mungkin tidak sepenuhnya diam, hanya sesekali berbicara, dan terkadang tersenyum. Bahkan tidak banyak orang yang tahu yang aku rasakan. Ya, bagaimanapun perasaanku, ekspresiku tetap sama. Dan terkadang aku berpikir aku adalah orang yang terlalu mahir untuk berbohong, termasuk diriku sendiri.
Aku tidak pernah tahu apa yang mereka rasakan tentang diriku. Ketidakpedulian ini sering kali membuatku merasa sedih. Aku selalu berusaha untuk berbaur dengan orang lain. Namun pada akhirnya tetap seperti dulu, aku tetap diabaikan.
Aku pernah berbicara dengan sensei-ku saat kami sedang berkumpul bersama, tentu ada teman-teman yang lain. Entah kenapa saat itu aku meminta ia untuk memberikan pendapatnya mengenai kami. Satu demi satu ia sampaikan, dan akhirnya giliranku. Aku cukup terkejut, ia berkata aku adalah seseorang yang netral, seseorang yang berusaha agar tidak menyakiti perasaan orang lain. Yang lain meng-iyakan.
Berusaha netral mungkin merupakan caraku agar bisa diterima. Aku yang dulu selalu diabaikan, merasa bahwa dengan mengikuti ‘permainan’ mereka, mungkin aku akan diterima. Tapi entah sampai kapan, hanya menunggu waktu hingga aku tidak lagi diijinkan untuk ‘bermain’.
It is a happy talent to know how to play.
~ Ralph Waldo Emerson