Satu minggu setelah acara puncak, akhirnya tulisan ini bisa di terbitkan. Persiapan untuk melaksanakan acara puncak Dies Natalis UKM-ITB Â ke-39, Minangkabau Festival, merupakan kegiatan yang melelahkan. Kali ini saya kembali berada dalam posisi yang berbeda. Tahun lalu sebagai squad inti, kali ini sebagai penanggung jawab sebuah tari. Berat memang, tapi ini adalah mimpi yang harus diwujudkan agar menjadi kenyataan.
Ulu Ambek Manyibak Galanggang, sebuah tari yang sangat saya inginkan sejak dulu. Akhirnya tersampaikan, bahkan menjadi PJ tari tersebut. Ternyata tidaklah mudah, “mengendalikan” personil yang semuanya laki-laki :D. Terkadang mereka agak sulit untuk diajak bicara, terkadang sangatlah menyenangkan bersama mereka. Namun dibalik semua itu, terdapat kegembiraan yang tak tergantikan.
Acara puncak kali ini termasuk berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pentas seni diadakan di lapangan terbuka. Awalnya sempat takut tidak akan ada penonton, namun sebelum acara dimulai, terdengar info bahwa tempat duduk yang telah disediakan panitia tidak mencukupi. Sepertinya hujan gerimis sebelum acara dimulai tidak menghalangi keinginan pengunjung untuk datang. Hingga akhir acara, masih banya penonton yang berdiri. Artinya jumlah penonton tidak berkurang dibnandingkan awal acara.
DN39, rangkaian Dies Natalis yang terakhir bagi saya. Hari-hari yang melelahkan. Ketika rapat beberapa jam sebelum ujian. Ketika tidak tidur saat yang lain tidur. Terimakasih untuk semua, tim materi, personil, maaf jika ada kesalahan selama ini.
Remember me and smile, for it’s better to forget than to remember me and cry.
~ Dr. Seuss